Langsung ke konten utama

CERITA LOKAL : Kisah Mistis Gunung Hejo di Tol Cipularang: Pengakuan Sang Kuncen dan Lokasi Singgah Prabu Siliwangi

 CERITA LOKAL :

Kisah Mistis Gunung Hejo di Tol Cipularang: Pengakuan Sang Kuncen dan Lokasi Singgah Prabu Siliwangi

Kamis, 12 September 2019 19:55

Keterangan Poto : Sejumlah petugas membersihkan permukaan jalan dan mengevakuasi bangkai kendaraan bermotor roda empat pascatabrakan beruntun di Tol Cipularang KM 91, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Senin (2/9/2019). Tabrakan beruntun yang melibatkan 21 kendaraan tersebut mengakibatkan delapan orang meninggal dunia dan sejumlah orang lainnya luka-luka. 

TRIBUNJAKARTA.COM, PURWAKARTA -  Kecelakaan maut yang terjadi di Tol Cipularang kerap dikaitkan dengan sosok horor atau mistis. Banyak orang menilai kecelakaan di lokasi Tol Cipularang karenag adanya gangguan oleh makhluk halus kepada pengendara.

Dikabarkan terdapat sebuah bukit bernama Gunung Hejo sekitar kilometer 96 hingga 97 Tol Cipularang.

 

Gunung Hejo dalam bahasa Indonesia artinya Gunung Hijau.

TribunJakarta.com mengutip TribunJabar.id terkait dengan kisah tersebut.


Petilasan Prabu Siliwangi

Keterangan Poto : Dua orang pria tengah berada dekat sebuah batu terbungkus kain putih dan dikelilingi pagar besi di Gunung Hejo. Petilasan itu berdiameter sekitar 1,5 meter x 1,5 meter. (Tribunjabar.id/Ery Chandra)

 

Di Gunung Hejo terdapat tempat yang dikeramatkan dan dipercaya warga turun temurun sebagai petilasan Prabu Siliwangi.

Bahkan, menurut cerita warga sekitar, banyak dihuni makhluk halus.

Disebut kerap mengganggu konsentrasi para pengendara kendaraan.

Aura mistis dan angker di tempat tersebut kian melekat dengan sejumlah kecelakaan yang kerap terjadi di tol itu.

 

Dalam minggu ini telah tiga kali kecelakaan lalu lintas di Tol Cipularang.

Pertama, kecelakaan yang melibatkan 21 kendaraan dan menewaskan 8 orang. Lalu, kecelakaan di lokasi yang hampir sama, ada mobil terbalik dan terbakara.

Kemudian kecelakaan beruntun yang melibatkan 5 kendaraan. 

Cerita dan kisah yang beredar di kalangan warga itu dibantah oleh sesepuh atau kuncen petilasan Prabu Siliwangi, Mustopa bin Ija Banten.

Menurutnya, kecelakaan terjadi di Tol Cipularang kilometer 96 hingga 97 tak ada kaitan dengan keberadaan petilasan itu.

Pria yang mengaku berusia 94 itu menyampaikan kecelakaan yang terjadi akibat kurang hati-hatinya pengemudi ketika mengendarai kendaraan.

"Tak ada kaitan, semua itu hanya mitos belaka," ujar kakek yang kerap disapa Abah Kecrik itu, Rabu (11/9/2019).

Keterangan Poto : Abah Kecrik saat menceritakan petilasan dan Tol Cipularang yang dikaitkan dengan kisah mistis kecelakaan Tol Cipularang. (Tribunjabar.id/Ery Chandra)

Sebuah batu kini terbungkus kain putih dikelilingi pagar besi itu disebut-sebut merupakan lokasi yang pernah disinggahi Prabu Siliwangi.

Petilasan itu berdiameter sekitar 1.5 meter X 1.5 meter.

Juru kunci itu menuturkan tempat ini kerap kali menjadi tujuan para peziarah atau orang yang ingin bermeditasi dan memanjatkan doa kepada sang pencipta.

Kebanyakan yang datang ke sana untuk zikir hingga membaca Alquran selama berada di petilasan.

"Tidak mungkin ada hubungannya dengan gaib. Apalagi kaitannya dengan mengganggu orang yang lewat," katanya dalam bahasa sunda.

Abah Kecrik menceritakan sekilas bahwa kecelakaan terjadi di lokasi itu adalah bagian dari takdir.

Apabila terdapat pengemudi kendaraan mengaku melihat sejumlah penampakan makhluk astral hingga mengalami gangguan di luar akal sehat terjadi karena faktor kebetulan.

Tetapi, tidak berkaitan langsung dengan keberadaan petilasan.

"Hanya kebetulan saja pas takdirnya meninggal dunia di tol. Kebetulan lokasinya juga dekat petilasan. Padahal tak ada kaitannya," ujarnya.

Sempat Dikira Hilang, Guru di Bekasi Ternyata Korban Kecelakaan Tol Cipularang

 

Keterangan Poto : Umayah (jilbab hitam) dan Nailisma (jilbab abu-abu) saat berfoto bersama semasa hidup, Kamis (12/9/2019) (TribunJakarta/Bima Putra)

Umayah Ulfah (25), warga Perumahan warga Villa Mas Garden, Kelurahan Perwira, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, sempat dikabarkan hilang.

Wanita yang diketahui berprofesi sebagai guru ini rupanya menjadi salah satu korban kecelakaan maut di Tol Purbaleunyi atau Cipularang yang terjadi pada, Senin (2/9/2019) lalu.

Jasad Umayah bersama empat tiga orang lainnya yakni, Khansa Athira (23) warga Jakarta, Nailisma (22) warga Depok dan Lela Yuliantika (45) warga Bandung, baru berhasil teridentifikasi oleh pihak Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta, hari ini, Kamis (12/9/2019).


Pantauan TribunJakarta.com di kediaman Umayah, samak saudara dan warga sekitar ramai mendatangi rumah duka.

Suasana haru langsung pecah ketika jenazah tiba sekitar pukul 15.25 WIB.

Beberapa kerabat nampak menangis haru, warga sekitar juga langsung mengucapkan kalimat tahlil sambil mengiringi peti jenazah yang dikeluarkan dari mobil.

Nina tetangga korban mengatakan, Umayah sempat dikabarkan hilang, pihak keluarga juga beberapa kali berusaha mecari tahu keberadaan wanita berusia 25 tahun tersebut.

"Kabarnya hilang enggak ada kabar, sampai keluarga buat pengumuman, sama sekali enggak tahu kalau jadi korban kecelakaan," kata Nina.

Kabar terakhir yang diterima warga ketika itu, Umayah izin pergi kepada keluarga untuk menginap di rumah temannya di kawasan Depok, Jawa Barat.
Namun sejak saat itu, keluarga kehilangan kontak dan baru diketahui hari ini setelah pihak RS Polri berhasil melakukan identifikasi.

"Kata keluarganya mau pergi ke rumah teman, enggak nyangka kalau ternyata Umayah jadi korban kecelakaan," jelas dia.

Adapun setelah tiba di rumah duka, jenazah langsung di salatkan di masjid sekitar komplek. Umayah oleh pihak keluarga juga langsung dikebumikan di TPU Perwira Bekasi.

Jemput Jenazah Korban Kecelakaan Cipularang, Keluarga Menangis di RS Polri Kramat Jati

Keterangan Poto : Keluarga korban kecelakaan Tol Cipularang saat menatap peti jenazah di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (11/9/2019). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Isak tangis keluarga empat korban kecelakaan Tol Cipularang KM 91 mengiringi proses penyerahan jenazah yang berhasil diidentifikasi Tim Disaster Victims Identification (DVI) RS Polri Kramat Jati.

Meski penyerahan jenazah yang dilakukan depan ruang instalasi forensik dimulai pukul 14.00 WIB, pihak keluarga dan kerabat sudah tiba di RS Polri beberapa jam sebelumnya.

Ketika peti jenazah yang ditempeli kertas bertuliskan nama korban dibawa keluar ruang instalasi forensik sekira pukul 14.24 WIB, isak tangis keluarga seketika pecah.

Mata mereka sepenuhnya tertuju pada keempat peti jenazah yang akan segera dibawa ke rumah duka lalu dikebumikan di tempat yang sudah disiapkan.

Saat nama anggota keluarga diumumkan melalui speaker telah teridentifikasi, isak tangis keluarga dan sahabat yang hadir kian kencang.

"Ya Allah, kuatkan hamba ya Allah," kata seorang anggota keluarga saat mendengar jenazah diserahkan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (12/9/2019).

Di tengah duka yang menyelimuti, pihak keluarga menyempatkan berterima kasih kepada Tim DVI RS Polri yang sudah mengidentifikasi keempat korban.

Sejumlah pihak keluarga tampak berjabat dengan anggota Tim DVI yang berupaya mengidentifikasi keempat jasad sejak Selasa (2/9/2019).

"Makasih banyak pak, kami sudah dibantu. Sekarang kami bisa memakamkan," ujar satu keluarga kepada dokter RS Polri Kramat Jati.

Keempat jenazah resmi teridentifikasi setelah Tim DVI RS Polri Kramat Jati menggelar rapat rekonsiliasi hasil pemeriksaan DNA tadi pagi.

Keempat jenazah yakni Khansa Athira (23) warga Jakarta Pusat, Nailisma (22), warga Parung, Depok, Lela Yuliantika (45) warga Bandung, Umayah Bandung (25) warga Kota Bekasi.*** (TribunJabar.id/TribunJakarta.com)



Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Kisah Mistis Gunung Hejo di Tol Cipularang: Pengakuan Sang Kuncen dan Lokasi Singgah Prabu Siliwangi, https://jakarta.tribunnews.com/2019/09/12/kisah-mistis-gunung-hejo-di-tol-cipularang-pengakuan-sang-kuncen-dan-lokasi-singgah-prabu-siliwangi?page=4.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Erik Sinaga


Postingan populer dari blog ini

Asal-usul Uka Uka, Perkembangan dan Hakikatnya

Asal-usul Uka Uka, Perkembangan dan Hakikatnya   S ebetulnya apa sih  arti kata uka-uka  tersebut di atas? Mungkin tidak dapat dijumpai di kamus bahasa manapun. Akan tetapi diyakini asalnya adalah UKA yang singkatan dari Uang Kertas Asing yang merebak pada akhir tahun 70 an, dimana pada saat itu, para penggemar barang-barang ghoib dan pusaka-pusaka yang mereka yakini bertuah distimulasi oleh isu tentang uang kertas asing Brazil yang konon peninggalan bung Karno dan dapat berubah menjadi mata uang Indonesia terkini seara ajaib. Kemudian uang berpeti-peti yang diburu-buru oleh pemburu harta tersebut terkenal dengan Uang Brasil dengan Kode UB.   Perkembangan Uka-uka Apakah benar Uka-uka UB tersebut bisa menjadi modal pembangunan atau penolong orang kesusahan pada jaman sekarang jauh setelah Bung Karno meninggal dunia? Tentu saja ada kemungkinan walaupun kecil, karena mata uang biasanya bisa ditukar di Money Changer, dan uang itu dimana-mana...

3 Cara Mudah Mengubah Sifat Temperamental Menjadi Lebih Sabar

  3 Cara Mudah Mengubah Sifat Temperamental Menjadi Lebih Sabar     T ulisan tentang cara mengubah sifat yang temperamental ini sudah terhitung lama, dengan editan kali ini, artikel resmi menjadi edisi revisi. Sudah banyak yang menge-share tulisan ini, akan tetapi tidak sedikit pula yang hanya copy paste untuk kepentingan sendiri. Saya sebenarnya dahulu dalam hal ini tidak keberatan, hanya saja perbuatan copy paste artikel tanpa mencantumkan sumber itu sama halnya mematikan kreatifitas sendiri, dan juga kreatifitas dan gairah orang lain dalam berkarya. Dan plagiarisme ini pun suatu sifat yang bukan termasuk dari salah satu sifat dari sifat-sifat yang terpuji yang dimiliki oleh manusia dewasa. Hendaknya kita ingat,  kita tidak dibayar untuk sesuatu yang tidak kita lakukan, tidak pula mendapatkan pujian untuk sebuah   penjiplakan .    Sebelum seseorang mencoba mengatasi sifat temperamentalnya, maka ada baiknya menaklukan dul...